Malam datang dengan membawa kegelapan yg menyelimuti bumi.
Udara di luar terasa sangat dingin karena angin berhembus dgn kencang laksana membadai.
Suara2 yg membuat bulu kuduk terasa mencekam di lingkungan rumah besar peninggalan aki ujang. Mungkin karena sekeliling rumah itu merupakan hamparan perkuburan yg menjadikan suasana disekitar rumah itu nampak mengerikan. Apalagi rumah itu hanya di terangi oleh cahaya lampu teplok. (cerita legenda desa semprot sebelum listrik masuk desa hihiii...)
Jam mungkin menunjukkan pukul 19 malam, ketika djoonecok dan ersha melangkah membersihkan segalanya.
Djoonecok menggandeng tangan istrinya ke ruang makan, dimana perapian berada.
Di tempat itu pak surya (lie) dan pak rio (riomax) telah menunggu.
"silahkan duduk, tuan dan nyonya. "sapa pak surya dan pak rio dengan ramah.
Seulas senyum dingin penuh misteri, mengembang di bibir tuanya.
Djoonecok dan ersha menurut duduk.
Diatas meja telah siap makanan yg mengundang selera. Makanan yg nampaknya nikmat sekali dalam keremangan cahaya lampu tembok.
"selamat malam, tuan dan nyonya. "sapa surya dan rio dengan ramah.
"selamat malam juga. "balas djoonecok dan ersha bersamaan.
"Oh iya, bagaimana kalau kita makan bersama-sama. "ajak djoonecok menawarkan, yg membuat surya dan rio saling pandang. Sepertinya kedua abg tua itu merasa risih diajak makan bersama tuanya. Mereka adalah abdi2 setia aki ujang yg sangat menghormati dan patuh kepada aki ujang.
Mereka tak pernah makan bersama-sama dengan aki ujang. Tapi kini keturunan tuanya itu malah mengajak makan bersama.
"kenapa, kalian ragu..?? "tanya djoonecok pada kedua abdinya.
"maaf tuan..
(BERSABUNG)